Sunday, September 25, 2016

Alex Marquez podium 2 Moto 2 Aragon

Pembaca sekalian setelah kita disuguhkan informasi mengenai Moto 3 dimana para rider finish dalam urutan berikut yaitu  : Navarro, Binder, Bastianini, Di Giannantonio, Mir, Martin, Canet, Rodrigo, Guevara, Oettl, Migno, Quartararo, McPhee, Antonelli, Bendsneyder. Dengan demikian meski Navarro yang menjejakkan kaki pada podium 1 kelas Moto 3 di seri ini, namun Binder lah yang secara mutlak mengunci gelar juara Dunia Moto 3 di sirkuit Aragon ini.


Berikutnya yang terhangat adalah info  dari ajang Moto2 yang baru saja berakhir. Diinformasikan bahwa urutan para rider yang memasuki garis finish adalah sebagai berikut : Lowes, Marquez, Morbidelli, Luthi, Nakagami, Rins, Baldassarri, Zarco, Corsi, Folger, Simeon, Pasini, Cortese, Syahrin, Schrotter.



Dengan demikian kita akan menyaksikan Report dari ajang Moto GP dalam beberapa saat, dimana Marc Marquez 93 untuk seri MotoGP kali ini yang menjadi pole sitter, stay tune.

Thursday, September 15, 2016

Micius : si Satelit anti-retas

Teknologi selalu berkembang, berlaku juga pada teknologi satelit dan komunikasinya dengan stasiun di Bumi. Dilaporkan dari Beijing bahwa per 16 Agustus 2016, telah berhasil meluncurkan sebuah satelit quantum, yang digembar gemborkan memiliki sistem kelebihan berupa sistem komunikasi anti hack (anti -retas).
Satelit diluncurkan dari Jiuquan Satelite launch centre di barat laut gurun Gobi pada 1.40 AM waktu setempat sebagaimana dilansir kantor berita Xinhua.

ilustrasi



Satelit dengan bobot sebesar lebih dari 600 Kilogram ini akan mengelilingi bumi tiap 90 menit setelah memasuki orbit yang sinkron dengan Matahari pada ketinggian 500 Km. Nama nya -Micius- terinspirasi dari nama seorang filsuf China yang hidup pada 5 abad sebelum masehi yang mendalami bidang lensadan eksperimen optic.

Satelit ini mengemban misi selama 2 tahun, yang mana Quantum Experiments at Space Scale (QUESS) - eksperimen quantum berskala luar angkasa – ini, sebagaimana disebutkan di awal memilikikemampuan anti-retas dalam hal komunikasi nya dengan stasiun di bumi, selain menjalankan fungsi untuk observasi fenomena fisika quantum di luar angkasa. Komunikasi anti retas yang dimaksud dirancang untuk dapat ditransmisikan dalam wujud quantum foton yang tidak dapat dipisah maupun diduplikasi. Hal tersebut dapat dipahami juga bahwa komunikasi yang terjadi tidak dapat dicegat, di rekam-disadap, atau memecah keamanan dari informasi tersebut. Dimana kunci kuantum dibentuk dalam suatu string (untai) dari sembarang angka yang diperoleh diantara dua pengguna yang saling berkomunikasi untuk melakukan encode informasi.
Adapun jika pada kasus tertentu informasi dapat di lacak-dicegat, makakunci kuantum akan berubah, lalu informasi yang di duga ter lacak tersebut akan mengalami self destruct.Program ini juga sekaligus untuk mengobati penasaran dari para ilmuwan terkait komunikasi kuantum yang terjadi antara satelit dan stasiun di bumi, begitupun komunikasi antara Xinjiang (stasiun control di bumi untuk satelit terkait) dengan Beijing sebagai pusat pemerintahan.

Adapun QUESS (eksperimen quantum berskala luar angkasa) juga direncanakan dapat mengarahkan foton menuju 2 stasiun di bumi yang masing-masing terpisah jarak sejauh 1200 Km dalam pengamatan tingkah laku dari quantum entanglement  pada jarak yang lebih jauh. Sebagaimana teleportasi quantum yang terjadi pada QUESS dan stasiun bumi di Tibet.

“Peristiwa ini menjadi tonggak baru dalam sejarah dimana sebelumnya China berada pada posisi mengekor dalam pengembangan bidan IT, kini menjadi salah satu Negara yang terdepan dalam mempersiapkan diri menyambut masadepan” demikian ungkap Pan Jianwei yang mengemban amanat sebagai kepala QUESS dan Chinese academy of sicences.


source : link
image source : link

Penelitian : Pria lebih ketergantungan Smartphone dari wanita.



Selamat sore rekan trendingmattersKatakan anda sedang menunggu antrian untuk konsultasi dengan seorang dokter, atau menunggu untuk sebuah appointment  dengan seorang kenalan. Kira-kira berapa lamakah manusia jaman sekarang dapat menahan diri dari memeriksa Smartphone nya?

Sebuah penelitian yang diselenggarakan Kasperrsky Lab di Universitas Wurzburg dan Universitas Nottingham mengungkap hasi temuan menarik. Dengan scenario menunggu sebagaimana telah disebutkan di awal, ternyata rata-rata untuk setiap objek penelitian baik laki laki maupun wanita hanya bertahan 44 detik untuk tidak memeriksa gadget (khususnya Smartphone). Lebih dari itu, secara terperinci disebutkan bahwa para pria (kaum adam) memeriksa smartphone setiap 21 detik, adapun kaum wanita melakukannya sekali dalam 57 detik.




Hal menarik
Jika digali lebih dalam, ketika ditanyakan kepada partisipan, sebenarnya seberapa lamakah yang mereke rasakan jeda antara tiap tiap aktivitas menge-cek smartphone mereka. Ternyata para partisipan mengaku merasa bahwa mereka hanya melakukannya tiap 2 hingga 3 menit. Dan tentu saja menggambarkan betapa signifikannya apa yang mereka rasakan dengan kenyataan yang mereka lakukan.

Seorang pakar bernama Jens Binder dari Universitas Nottingham memberi komentarnya terkait temuan ini : “Orang masa kini lebih punya keterikatan dengan gadget mereka lebih dari apa yang mereka sadari, dan dengan penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas dengan perangkat-cerdas seolah menjadi kebiasaan nomor dua ketika seseorang sedang sendirian. Belum lagi dengan semakin cepatnya sesuatu bergerak di luar sana yang di hadirkan ke perangkat kita menjadikan orang masa kini menganggap gadget mereka lebih sebagai teman digital untuk mengetahui sesuatu yang terjadi dibanding memandang gadget tersebut semata –mata hanya sebagai teknologi”



Penelitian lain yang juga dilakukan kedua universitas sebagaimana telah disebutkan, juga menghasilkan temuan bahwa aktivitas seseorang yang  menge-cek berulang gadgetnya dapat dikatakan sebagai bentuk dari perasaan –Fear Of Missing Out (FOMO)-, alias kuatir ada yang terlewatkan jika tidak online dan menge-cek gadget. Dan riset juga menunjukkan bahwa mereka (objek) yang menge-cek gadgetnya lebih sering dari rata-rata waktu yang disimpulkan, mereka mengalami level FOMO yang lebih tinggi.


Dari penelitian tersebut juga terungkap bahwa jika diasumsikan tiap orang yang sedang menunggu dan bermain gadget diberikan masing-masing waktu selama 10 menit, maka 5 menitnya diantaranya dipastikan habis bersama dengan gadget pintar.

image source : link
news link : link

Hubungan tak bahagia rentan bunuh diri

Sebuah penelitian yang berlangsung di Wina Austria menyimpulkan bahwa pasangan yang merasa tidak bahagia menunjukkan resiko terkuat sebagai faktor penyebab seseorang melakukan bunuh diri. Demikian menurut seorang pakar, merujuk kepada laporan yang dirilis kantor berita Austria pada Rabu 7 Sept 2016.
Laporan yang diperoleh setelah melakukan studi dari 382 orang di Austria, disampaikan pada sebuah kegiatan bertajuk World Suicide Prevention Day (hari pencegahan bunuh diri sedunia),  peneliti dari pusat studi kesehatan masyarakat pada Medical University of Vienna begitupun juga dari fakultas psikologi Universitas Vienna.





Ditambahkan juga bahwa semakin banyak permasalahan yang berpotensi konflik yang tidak dapat diselesaikan dalam suatu hubungan maka resiko yang muncul akan semakin besar. Hal hal semacam itu akan menimbulkan banyaknya rasa putus harap dan depresi, yang kemudian dapat berujung pada munculnya pikiran untuk bunuh diri. Berikutnya ditarik dari data yang mereka (para peneliti) peroleh, hal tersebut banyak terjadi pada mereka yang berada pada usia dewasa.

Jika pasangan yang berada dalam hubungan kurang bahagia dapat memunculkan pikiran bunuh diri maka sebaliknya bagi pasangan yang bahagia mereka memiliki kecendrungan punya pikiran bunuh diri yang sangatg rendah.
Sebelumya diungkapkan bahwa mereka yang single (sendiri), memiliki resiko keinginan untuk bunuh diri yang lebih rendah dibandingkan mereka yang menjalani hubungan-memiliki pasangan namun tidak bahagia, penelitian ini di munculkan pula dalam majalah “Crisis”.

Namun dari agenda yang dihadiri para ahli pada kegiatan bertajuk World Suicide Prevention Day, temuan terbaru menunjukkan bahwa resiko seseorang bunuh diri lebih minim ketika mereka berada dalam suatu hubungan, papar Benedict Till dari Medical University of Vienna.


image source : link
news link : link